Pengamat Politik Universitas Airlangga Haryadi MA mengatakan acuan
penilaian kredibilitas lembaga survei sederhana saja, yakni melacak
rekam jejak lembaga, dan metodologi survei yang digunakan.
Haryadi
menambahkan, cara termudah lainnya adalah dengan melihat hasil survei,
lalu disatukan dengan besaran margin error. Dari sana bisa dilihat
rentangan hasil sebenarnya untuk survei itu.
Haryadi mengatakan
dalam Pilpres 2014, sebenarnya cukup mudah melihat lembaga survei mana
yang kredibel dengan melihat hasil quick count atau hitung cepat
perolehan suara yang dirilis sejumlah lembaga survei.
Tujuh
lembaga survei yang memenangkan Jokowi-JK yakni Populi Center,
CSIS-Cyrus, Litbang Kompas, Indikator Politik Indonesia, Lingkaran
Survei Indonesia, RRI, dan Saiful Mujani Research Center, kata Haryadi,
diketahui memiliki rekam jejak baik.
Selain itu, hasil hitung
cepat tujuh lembaga survei tersebut ditambah lembaga Poltracking
Institute. Hasil mereka nyaris sama, di mana perolehan suara Jokowi-JK
mengungguli Prabowo-Hatta dengan selisih sekitar lima persen.
"Dengan
margin error kurang lebih satu pesen, berarti berdasar hasil hitung
cepat tujuh lembaga survei itu, maka dalam perhitungan hitung riil KPU,
bisa dipastikan Jokowi-JK menang dengan rentangan 3 sampai 7 persen,"
kata Haryadi saat dihubungi, Kamis (10/7/2014).
Menurutnya jika
hasil hitungan riil KPU di luar rentangan angka itu, maka berdasar hasil
hitung cepat tujuh lembaga survei tersebut, bisa dipastikan ada
manipulasi data perolehan suara.
Sementara empat lembaga survei
yang memenangkan Prabowo-Hatta yakni Puskaptis, Indonesia Research
Center, Lembaga Survei Nasional, dan Jaringan Suara Indonesia,
mengeluarkan hasil hitung cepat dengan selisih kemenangan sekitar satu
persen.
Dengan margin error sebesar kurang lebih satu persen, kata
Haryadi, hasil hitung cepat itu justru menjadi aneh. Berdasar hasil
hitung cepat mereka dengan margin errornya, perkiraan hasil hitung riil
KPU antara draw atau kemenangan tiga persen untuk Prabowo-Hatta.
"Kesimpulan
hasil hitung cepat ini aneh, karena menunjukkan ada kemungkinan draw
atau seri. Karena aneh maka, lembaga surveinya bisa jadi tidak
kredibel," kata Haryadi.
Ia mengatakan karena hasil hitung cepat
aneh dan lembaga survei menjadi dinilai tidak kredibel maka, hal ini
mencederai dan membuat imej lembaga survey secara umum terganggu.
"Di sisi lain, kasihan kubu Prabowo-Hatta, karena mereka tertipu oleh hasil survei tersebut," katanya.
Terbelahnya
hasil hitung cepat dari beberapa lembaga survei telah menyebabkan
masyarakat pemilih menjadi bingung. Ditambah masing-masing kubu capres
telah mendeklarasikannya kemenangannya.
Namun dengan panduan yang
dipaparkannya itu, kata dia, maka masyarakat cukup mudah bisa melihat
lembaga survey mana yang bisa dipercaya dan hasil quick count mana yang
bisa dipercaya.
Sumber: tribunnews.com